Rabu, 12 September 2012

Pelangi Persahabatan

Tetesan air langit masih saja mengguyur bumi,sejak tadi pagi.Awal november.... tentu saja hujan yg berkuasa,bhkan hujan tdk mengizinkan senja muncul hari ini,untk sekedar menjemput mentari kembali keperaduannya. Dan aku masih terdiam disini sejak beberapa menit lalu,mengamati isak tangis yg ku dengar. Isakan kecil milik seseorang yg sangat aku kenal. Cowok tampan dan manis begitu,kata orang tentangnya. Tapi aku tak tau, ya..karna memang aku blm pernah melihatnya.
 Aku Rosita,aku buta sejak lahir dan karena itu,aku tinggal dipanti ini. Aku mulai mencoba menghampirinya,memayunginya dg payung merah mudaku. "ngapain kamu disinh sendirian bid??" tanyaku pada cowok yg akrab disapa bidi itu."jgn sok care deh" ia membentakku,sambil menepir payungku. Air hujan pun mulai menyapa kulitku."bid,ayo kita masuk,kamu kan lagi sakit" ajakku,dgn sedikit paksaan sambil menarik tangan bidi."aarggh,LEPAS .gw blng gak usah sok care, gw gak sakit. Gw baik-baik aja,jgn fikir gw sama kyk loe dan temen-temen loe yg cacat dan penyakitan" bentak bidi kasar. Sakit. Ya,tentu saja aku marah dgn ucapan bidi tadi. Tapi aku tetap tak tega membiarkan bidi ,sahabatku,kehujanan sendiri disini, apalagi ia baru sembuh dari sakitnya."kalo kamu gak mau masuk,aku juga bakal tetep disini nemenin kamu" ancamku."udah deh,PERGI SANA" bidi mendorongkuu.. "rosita..." teriak seorang cowok menghampiriku."ta,kamu gak ppapa??" ucp seorang cewek sambil membantuku berdiri.
Mereka adalah sahabatku, Karel dan Muqimah. Karel adalah penderita penyakit kerusakan hati kronis,sedangkan Muqimah menderita gagal ginjal. Panti ini memang dibangun khusus untuk anak-anak seperti kami. Disini kami merasa lbh nyaman, kami merasa sama dan senasib, disini kami belajar saling melengkapi,belajar peduli dan berbagi. 
Tapi bidi... Dia berbeda dgn kami,setauku dia tdk cacat,apalagi penyakitan. 11 thn lalu,ibu panti membawa seorang anak berusia sekitar 5thnIbu panti bilang ia menemukan anak itu,distation.Anak itu mengangis mencari ibunya,mungkin bidi terpisah dari orang tuanya,atau mungkin sengaja ditinggal. Akhh,ntah lah,itu tdk penting untuk kami. Saat itu,kami hanya berfikir akan mempuyai teman baru lagi.
 "orang tuaku,pasti akan menjemputku" itu kalimat andalan bidi.
Sejak kecil dia selalu menolak saat kami ajak bermain. Dia tdk suka dgn keberadaan kami,dia lbh suka sendiri,asik dgn dunianya sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu,sosok asli bidi mulai muncul.bidi anak yg lucu dan baik hati. Pada dasarnya bidi itu ramah dan penyanyang,kami semua jadi mulai terbiasa membaur dgnnya, diapun mulai bisa menerima kami semua kami semua sbg anggota keluarga barunya.
Aku,muqimah,Karel dan bidi mmg berteman sangat dekat. Kami sering bermain bersama. bidi mengajari banyak hal pada kami,termasuk semangat untk sembuh. bidi yg mengajari Karel bermain gitar, menemani bermain sepak bola, bhkan bidi  jg mau membantu muqimah merawat bunga-bunganya. Bidi juga selalu menceritakan hal-hal yg tdk bisa aku lihat,seperti keindahan saat mentari terbenam,bunga yg bermekaran, rinai hujan, juga tentang sosok Karel dan Muqimah. Bidi bilang Karel itu cakep,tinggi,kulitnya putih,sedangkan Muqimah ,cantik dan chubby. Dan bidi blang kalo aku itu manis dan rambut lurus yg membingkai wajahku. 
Tapi ntah mengapa sejak beberapa bulan lalu,sosok bidi berubah,ia menjadi bidi yg dulu,yg tak mengizinkan seorangpun masuk dlm kehidupannya,bidi yg cenderung kasar dan sangat menyebalkan.
"bid,lo apa-apaan sih?" bentak karel"LOE GAK USAH IKUT CAMPUR""tp kita sahabat kamu bid, dan kita sedih liat kamu kyk gini" tambah muqimah."kamu kenapa sh bid?? Kita kangen bidi yg dulu." tanyaku."ini gw bidi. Yg ada dihadapan lo semua,inilah bidi yg asli. Bidi yg kemarin udah mati,MATI" Bidi pergi,diiringi deru angin yg menusuk kulit. "KAMU TETEP SAHABAT KITA,Bid" Teriakku, aku tau Bidi pasti tak peduli dg kata-kataku.  
-----  
sore itu selepas hujan,kami bertiga,aku,karel dan muqimah,berkumpul didanau bintang.
Danau ini,bidi lah yg menemukannya Sudah berapa lama bidi tak mengunjungi,tempat ini. Akhir-akhir ini,bidi lbh sering mengunci diri dikamarnya.
 Danau ini dikelllingi daun berwarna hijau cerah,dihiasi butiran-butiran bening sisa air hujan. Air danaunyapun bergerak perlahan membiaskan langit yg kala itu dihiasi pelangi. Saat malam danau ini akan menghamparkan ribuan bintang dan pedar cahaya bulan. "ekh,ekh lihat ada pelangi" kata karel."ohh ya??" balasku."iya ta" jwb maqimah. "andai ada bidi disini,pasti dia akan menceritakan warna-warni tentang pelangi itu" batinku."aku kangen bidi" gumamku,"kita juga,ta" kata karel dan muqimah bersamaan. Setelah itu,kami terdiam.
 Tak berapa lami pelangi pun hilang,kami pun beranjak pulang,tapi kemudian kami terhenti, karel dan muqimah melihat bidi melangkah perlahan kearah sebuah pohon. Ia menggali lubang disana dan menguburkan sesuatu,sejenak bidi terdiam lalu air matanya mulai menetes perlahan.
 "ngapain ya bidi disitu,kenapa dia nangis" muqimah bertanya-tanya."bidi nangis?? Aku mau samperin dia." kataku."jgn ta,ntar lo kena bentak lagi,udahlah mungkin dia udah gak butuh kita." cegah Karel."tp dia sahabat kita,Rell" ktaku."dulu" sergah Karel."selamanya Rell,SELAMANYA" Aku pergi menjauh.
  -----
2minggu kemudian. 
Suara guntur dan angin menghiasi malam itu.
 Kami kini, membisu,menatap sosok lemah itu dari balik kaca. Ia terlihat begitu letih,guratan kesakitan hampir menghilangkan ketampanannya. Rambutnya menipis,kulitnya pucat,bibirnya pun putih,dan tangan yg dulu selalu diulurkan untuk membantu teman-temannya,kini terkulai tak berdaya.Air mata??? Tentu tak dapat dihitung,sudah berapa banyak yg tertumpah.
"Bidi selalu bilang, kalian segalanya untuknya, maafkan sikap Bidi selama ini pd kalian,dia hanya tdk ingin kalian sedih saat dia pergi nanti" jelas ibu panti kpd kami.
"ibu jgn bilang begitu,bidi pasti sembuh. Kita selalu mendoakannya." ucapku getir. 
Semua hanyut dan kesedihan dan doa. Doa untuk sahabat terbaik kami. Aku takut,ntah mengapa aku merasa bidi akan segera pergi meninggalkan kami,tp sgera ku tepis perasaan itu.Bagaimana jadinya kami tnpa dia,bukankah dia yg selama ini menyemangati kami,yg ikut merasakan kesakitan Karel, yg ikut menangis melihat Muqimah yg menjadi tongkatku,cahayaku. Tentu tuhan tdk akan sejahat itu,mengambilnya dari kami. Bersamaan dgn doa yg terus mengalir untk bidi  yg sedang berjuang didalam sana,memori tentang bidi pun mengalir dlm pikiran kami masing-masing.

  >>FLASHBACK
 HHAHAHA kami kompak menertawakan bidi yg terpeleset ke air danau saat itu,bidi tentu saja hanya nyengir dgn baju yg basah kuyup. Ia menghampiri kami. "areelll" bidi memeluk Karel."huwwa, bidi. Gw jadi ikutan basah deh" keluh karel."ekh,ekh,liat tu,ada pelangi" tunjuk muqimah."ekh iya, tapi kok gak ada warna hijaunya.ya" tanya karel."bukan gak ada rell,mungkin belum jelas. Pelangi itu akan selalu dtang dgn warna yg lengkap, sama kyk kita yg selalu saling melengkapi agar semuanya menjadi lbh mudah dan indah" jelas Bidi."pengen deh,persahabtn kita kyk warna-warni pelangi,selalu lengkap. Tapi syangnya gak mungkin ya,suatu hari,salah satu dari kitaa...." "karel pasti dpt pendonor hati, Muqimah pasti dpt ginjal yg cocok dan Rosita pasti bisa melihat lagi, percaya deh, suatu saat kalian akan sembuh dan menatap pelangi itu smbil tersenyum" Bidi memotong perkataan Muqimah sebelumnya,ia tdk mau membicarakan kematian atau perpisahan."iya,aku jdi gak sabar pngen bisa liat pelangi" ucapku 

>>FLASHBACK OFF  

"bangun Bid ,gw mohon" batin Karel"jgn tinggalin kita Bid" bisik Muqimah dlm hatinya  
-----

  kami berlari kecil dikoridor rumah sakit. Muqimah terus menggandeng tanganku. Senyum manis merekah disudut bibir kami.Bidi sadar. "Bidi.." sapa Karel."haii.." Bidi tersenyum,kami menatapnya sedih."pda kenapa sih, gak usah didramatisir gitu deh, gw sadar bukan buat liat kalian nangis bombay begitu" kata Bidi. "loe harus janji Bid" kata Karel."janji apa" tanya Bidi."janji gak bakal ninggalin kita" lanjut Karel."iya,dan kamu jg harus cepet sembuh bid, kamu kan udah janji mau nemenin aku liat pelangi. Sebentar lagi aku bakal bisa liat Bid" pintaku pada Bidi."kita semua dpt pendonor bid, kita bkal sembuh, kayak yg kamu bilang dulu." Muqimah tersenyum, Bidi membalasnya."gw pngen jalan-jalan kedanau bintang. kalian mau anterin gw kan?? Gak akan lama kok,sebentar aja" pinta bidi. Melihat keadaannya yg stabil,kamipun akhirnya setuju."yaudah,tapi sebentar aja ya,loe kan hrs istirahat" kata karel, bidi mengangguk setuju."yaudah aku izinin kedokter dulu ya" usul muqimah.   

-----

kamipun mulai menyusuri jalan berumput menuju danau bintang,dan kalian tau?? bidi meminta aku, aku yg buta ini, untuk mendorong kursi rodanya. Dia selalu mengarahkanku,menuntunku kejalan yg tepat. Aku semakin sadar akan sangat sulit berpisah darinya, dia adalah titik cerah yg tuhan kirimkan untuk sosok sosok dalam kegelapan seperti aku. Saat sampai, kami disap oleh bau tanah yg merebak dan tetesan air yg bergelantung di ranting-ranting pohon. Tapi air danaunya berubah,tdk lagi tenang seperti biasanya,tapi kini beriak seakan sedang gelisah. 

"ekh,ekh,pelanginya udah muncul" teriak Muqimah. "selalu indah" guman Bidi. Kami semua menatap barisan warna itu,akupun seakan menemukan lengkungan berwarna itu dlm kegelapan. Memang dilihat berapakalipun tak akan mengurani keindahannya. "aku pengen jadi warna merah,kuat dan berani,supaya bisa jagain kalian" kata Karel,tiba-tiba."kalo aku pngen jadi kuning,ceria dan periang,supaya aku bisa bikin hari kalian selalu cerah" lanjutku."aku pngen jadi warna hijaunya,tenang dan lembut. Biar aku bisa bawain kalian kesejukan" tambah Muqimah."dan aku pngen jadi hujannya" ucap bidi,kami semua menoleh kearahnya."kenapa hujan  bid. Kenapa gak jadi langitnya,langit tempat pelangi bergantung" saranku. 
"suatu saat,kita pasti akan pisah,dan aku bakal jadi orang pertama yg mempersatukan kita. Kalian tau kan, pelangi gak akan muncul, tanpa seruan hujan. Karna itu aku pengen jadi hujan, hujan yg akan memanggil kalian, pelangiku." aku menangkap kata-kata itu sbg ucapan selamat tinggal. 
Aku berfikir bahwa bidi  sadar bukan utk sembuh, tapi hanya utk mengizinkan kami melihat senyumnya utk yg terakhir kali. 
"kita balik yuk bid" ajakku."ntar Ta,tunggu pelanginya ilang" Bidi menolak. Kami menatap pelangi itu, pelangi terakhir yg bisa kami nikmati bersama sosok Bidi, karena setelah itu, bersamaan dgn pelangi yg lenyap, mata Bidi pun perlahan merapat, tapi kedua sudut bibirnya,tetap membentuk lengkungan manis. 
"hiks" aku mendengar Muqimah terisak."pelanginya udah ilang Bid,ayo kita balik" lirh Karel. 
Kita sama-sama tau bahwa jiwa bidi telah meninggal raganya. Aku menggenggam tangan bidi. Saat menuju rumah sakit aku kembali yg mendorong kursi roda itu. Tapi kini tentu berbeda,karna raga yg duduk diatasnya tak lagi menunjukan arah yg harus ku tempuh. Kami semua terdiam,merasak gejolak kesedihan dlm relung hati.  
-----  
hari itu cuaca cerah,burungpun berterbangan diangkasa. Kami berdiri disini,dibawah sebuah pohon besar ditepi danau bintang. 
"sekarang Rell" kata Muqimah Karel pun mulai menggali tanah itu, tak berapa lama sebuah kotak muncul didasar lubang yg tdk terlalu dalam.
Karel mengambil dan membersihkannya dari beberapa bulir tanah. Kami bertiga sepakat utk segera membukanya. Membuka kotak yg bidi kubur waktu itu. Saat kami membukanya, kami dapati 5buah benda disana, hiasan meja berbentuk gitar dari Karel, syal biru tua dari Muqimah, gantungan kunci berbntuk bola basket dariku dan selembar foto. Foto kami berempat sdg tertawa lepas menatap kamera. "ternyata memang manis" batinku. Ya,inilah kali pertama aku melihat wajah Bidi. Sekarang kami bertiga tlh sembuh,pendonor itu tlah memberika separuh dari dirinya, untuk menjadi setitik kehidupan untuk kami. Dan terakhir sepucuk surat yg ditaruh didasar kotak. Karel  mulai membuka dan membacanya. Aku dan Muqimah mendengarkannya. 
Gw Bryan Domani, gw bukan cowok hebat, gw juga bukan cowok kuat, cuma seorang cowok yg baru nemuin kebahagian gw dsini, gw baru ngerasain gmana rasanya disanyangi, gmana indahnya berbagi, dari kecil gw sendiri, gw dibuang sama nyokap gw. 
Tapi gw bersyukur karena dgn gitu akhrnya gw bisa ketemu mereka.Rosita, Muqimah dan Karel. Sobat gw, semangat gw, hidup gw.Gw rela tuker apapun yg gw punya buat mereka. Saat gw tau, mereka bakal cepet ninggalin gw, gw takut, gw sedih. gw berdoa agar gw duluan yg dipanggil tuhan, supaya gw gak perlu ngerasain sedihnya kehilangan mereka. 
Dan tuhan kabulin doa gw, kanker otak stadium akhir. Sesaat gw fikir itu anugrah.tapi kemudian gw sadar, gimana mereka kalo gw pergi, siapa yg bakal jagain mereka. Berpura-pura semuanya baik-baik aja, tentu bukan hal yg mudah, jadi gw milih jauhin mereka.Gw gak mau semangat mereka buat sembuh hilang saat tau keadaan gw. Gw nyesel sama doa gw, gw gak yakin sanggup biarin mereka sedhh. gw gak akan sanggup ninggalin mereka, gw msh pengen liat senyum mereka. Akhirnya gw putusin, gw titipin sebagian dari gw kemereka. Mata untuk Rosita hati untuk Karel dan ginjal untuk Muqimah. Semoga dgn gini gw bakal tetep bisa disisi mereka meski dlm wujud yg nantinya akan berbeda.
   Tak ada airmata yg tercurah dari kami bertiga,melepas sahabat terbaik kami tentu bukan dgn airmata. Lagipula hujan telah mewakili kami. Ya saat itu hujan turun,padahal hari sangat cerah, bhkan mentari tak beranjak dari tempatnya. Kami berlari-lari kecil ditengah hujan, seperti yg sering bidi lakukan dulu, kami berkejaran dan tertawa lepas menikmati hujan. Biarlah raganya menjauh,tapi kasih sayangnya tentu masih mengalir dlm deru darah kami.  "ekh,liat ada pelangi" tunjuk Muqimah"kamu berhasil jadi hujan Bid" ucapku lirih."Bidi berhasil bawain pelangi buat kita" lanjut Karel.  
Kamipun berdiri tegak, menautkan tangan kami, menatap barisan warna yg dikirim sahabat kami,pelangi persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar